Director : Richard LaGravenese
Writers : Richard LaGravenese & Freedom Writers (a book)
Genre : Biography, Crime, Drama
Awards : 1 win & 1 nomination
Cast : Hilary Swank (Erin Gruwell), Patrick Dempsey (Scott Casey)
Freedom Writers adalah sebuah film yang berdasar kisah nyata Erin Gruwell, seorang guru yang menjalani pekerjaannya pertama kali di Long Beach, California. Erin mengajar sebagai guru bahasa Inggris di kelas 203 dengan penuh harapan dan mimpi untuk mengajar murid-murid junior yang terdiri dari kelompok geng.
Awal kisah, para murid tidak tertarik belajar dengan guru kulit putih karena pada masa itu ras masih menjadi masalah utama di Amerika. Apapun, bagi mereka, hanya terbagi dalam pilihan batas ras yang kemudian saling mengelompokkan diri menjadi beberapa geng, ada geng yang berasal dari kulit hitam, geng Asia, geng latin, dan juga geng kulit putih.
Banyak tantangan yang harus dihadapi Erin, walaupun banyak tantangan yang harus dihadapinya baik dari siswa-siswinya sendiri yang berperilaku tidak sopan kepadanya sebagai seorang gurupejabat di sekolah yang tidak setuju dengan program belajar Erin, bahkan ia harus rela berpisah dengan suaminya karena suaminya merasa Erin lebih mementingkan murid-muridnya ketimbang dirinya, namun Erin tetap tegar dan tidak putus asa untuk meneruskan niatnya tersebut.
Ketika tragedy menghampiri kehidupan beberapa dari anak didiknya, Erin akhirnya menemukan cara untuk bersosialisasi dengan murid-muridnya. Semenjak sekolah tidak mengijinkannya untuk memberikan anak-anak didiknya buku yang ia butuhkan, ia memberi mereka buku catatan dan meminta mereka mengisinya dengan jurnal harian mereka setiap hari. Apa yang terjadi dengan keteguhan dan kemauannya untuk melihat mereka dari ‘sisi mereka' menjadi cerita yang mengubah kehidupan dari anak-anak didiknya, dan menghapus batas tak terlihat yang secara kultur memisahkan mereka, dengan cara-cara yang mengagumkan.
Kisah ini tidak hanya tentang Erin saja, tetapi juga mengenai kehidupan anak-anak dari kelas 203. Walaupun pada awalnya murid-muridnya merasa malas untuk menulis, namun dengan cara mengajar Erin yang membuat mereka akrab satu sama lain, akhirnya mereka mengisi buku harian itu, dengan berbagai cerita hidup mereka sendiri. Keakraban murid-murid kelas 203 membuat kelas itu merasa hidup kembali. Tidak ada kesenjangan yang terjadi antara mereka, bahkan mereka cenderung hidup rukun dan saling tolong menolong satu sama lain.
Hingga pada tugas akhir mereka, Erin membuat sebuah tugas untuk menggabungkan isi buku-buku harian mereka dan memberikannya judul The Freedom Writers. Dan ia terus mengajar di kelas itu bersama dengan mereka hingga memasuki kelas senior.
Banyak tantangan yang harus dihadapi Erin, walaupun banyak tantangan yang harus dihadapinya baik dari siswa-siswinya sendiri yang berperilaku tidak sopan kepadanya sebagai seorang gurupejabat di sekolah yang tidak setuju dengan program belajar Erin, bahkan ia harus rela berpisah dengan suaminya karena suaminya merasa Erin lebih mementingkan murid-muridnya ketimbang dirinya, namun Erin tetap tegar dan tidak putus asa untuk meneruskan niatnya tersebut.
Ketika tragedy menghampiri kehidupan beberapa dari anak didiknya, Erin akhirnya menemukan cara untuk bersosialisasi dengan murid-muridnya. Semenjak sekolah tidak mengijinkannya untuk memberikan anak-anak didiknya buku yang ia butuhkan, ia memberi mereka buku catatan dan meminta mereka mengisinya dengan jurnal harian mereka setiap hari. Apa yang terjadi dengan keteguhan dan kemauannya untuk melihat mereka dari ‘sisi mereka' menjadi cerita yang mengubah kehidupan dari anak-anak didiknya, dan menghapus batas tak terlihat yang secara kultur memisahkan mereka, dengan cara-cara yang mengagumkan.
Kisah ini tidak hanya tentang Erin saja, tetapi juga mengenai kehidupan anak-anak dari kelas 203. Walaupun pada awalnya murid-muridnya merasa malas untuk menulis, namun dengan cara mengajar Erin yang membuat mereka akrab satu sama lain, akhirnya mereka mengisi buku harian itu, dengan berbagai cerita hidup mereka sendiri. Keakraban murid-murid kelas 203 membuat kelas itu merasa hidup kembali. Tidak ada kesenjangan yang terjadi antara mereka, bahkan mereka cenderung hidup rukun dan saling tolong menolong satu sama lain.
Hingga pada tugas akhir mereka, Erin membuat sebuah tugas untuk menggabungkan isi buku-buku harian mereka dan memberikannya judul The Freedom Writers. Dan ia terus mengajar di kelas itu bersama dengan mereka hingga memasuki kelas senior.
kesabaran yang berbuah manis,,
ReplyDeletekeren artikelnya gan
gitu dong jadi guru jangan marah doang bisanya,,
ReplyDeletegitu kan jadi bisa lebih berhasil mengajarnya
hahaha TQ TQ, ni nanda sm andre satu orang ya ??
ReplyDeletehehe
ini ceritanya asli kh
ReplyDelete